Cari Blog Ini

Rabu, 13 Juni 2012









SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA
Membangun Budaya dan Karakter Bangsa
 untuk Menunjang Perilaku Birokrat











Oleh
Nurhuda Candra H.
NIM 110910201024




PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2012

Membangun Budaya dan Karakter Bangsa untuk Menunjang Perilaku Birokrat

Pembangunan budaya pada suatu negara merupakan suatu aspek yang sangat penting bagi setiap negara dalam menunjang keberlangsungan bernegara yang kuat dan kokok sebagaimana yang telah menjadi cita-cita bangsa. Pembangunan kebudayaan pada bangsa yang telah menjadi komitmen nasional tumbuh dan berkembang pada masyarakat keseluruhan. Pembangunan budaya dan karakter bangsa ini perlu kita cermati, bahwa pada dasarnya pembangunan budaya maksudnya yaitu pembangunan kebudayaan bangsa yang benar-benar itu karakter dari bangsa Indonesia itu sendiri. Pembangunan budaya dan karakter bangsa yang sudah menjadi cita-cita para pendiri bangsa Indonesia ini, revosioner. Pembangunan ini bentuk keharusan yang kita lakukan secara continuous atau terus-menerus, apabila hal ini tidak dilakukan secara terus-menerus akan berdampak kekacauan dalam negara, kehilangan jatidiri yang sebenarnya sebagai bangsa Indonesia. Pembangunan budaya dan karakter bangsa sangat diperlukan sebagai  alat kontrol dalam tingkah laku berkehidupan berbangsa dan bernegara.
Peran dalam pembangunan kebudayaan dan karakter bangsa ini sangat diperlukan mengingat era modernisasi dan globalisasi yang tidak dapat kita elakkan keberadaan dan pengaruhnya terhadap keberlangasungan berbangsa dan bernegara. Kita telah mengetahui bersama bagaimana kejamnya pengaruh globalisasi yang dipenuhi tantangan yang kita sendiri tidak dapat menghindari, namun kita harus menghadapi keganasan era globalisasi ini. Tentu kita dapat mengantisipasi dampak yang negatif dari globalisasi ini dengan menbangun kembali sendi-sindi kebudayaan yang telah luntur dan melakukan pembangunan karakter bangsa yang sesuai dengan jatidiri yang sebenarnya. Bangsa Indonesia dihadapkan pada globalisasi yang mempunyai pengaruh kesisteman bernegara. Pengaruh peradapan bangsa asing secara tidak sadar bahwa kita mengkonsumsi tanpa adanya filter terhadap kebudayaan yang masuk di Indonesia. Keadaan demikian ini mempengaruhi moralitas bangsa Indonesia.Sekarang sudah saatnya mengembalikan jatidiri bangsa kita membangun kebudayaan dan karakter bangsa yang menunjang kemajuan bangsa dengan landasan kembali lagi dengan nilai-nilai yang tertanam pada kebudayaan kita.
Proses pembangunan nasional pada saat ini mengalami pergeseran bingkai kepemimpinan yang otoriter menjadi kepemimpinan yang demokratis. Pemikiran masyarakat yang berkembang mulai memonitor segala hal yang dilakukan oleh pemerintah. Dengan demkian bentuk dari prinsip yang ada digood gavernance benar-benar teraplikasikan. Perkembangan masyarakat yang terjadi secara terus menerus dengan adanya kesadaran terhadap pendidikan dan didukung oleh perkembangan kemajuaan teknologi dan informatika menjadi hal sangat signifikan dalam perkembangan suatu bangsa. Perubahan yang dinamis pada masyarakat mengakibatkan para birokrat untuk melakukan perubahan pada sistem birokrasinya. Dimana adanya pembenahan terhadap pelayanan publik yang juga mengikuti perkembangan yang terjadi dimasyarakat. Dengan pembenahan pada sistem pelayanan publik lebih jelasnya pada sistem birokrasinya bertujuan untuk kepuasan pada masyarakat  sendiri, karena kepuasa masyarakat ini menjadi barometer pemerintah sukses dan tidaknya pemerintahan itu terutamanya pada birokrasinya.
Perlu kita ketahui bersama bahwa sistem birokrasi yang berjalan di Indonesia ini tidak berjalan sepenuhnya dengan tata nilai dan norma ataupun peraturan yang sebenarnya telah berlaku, jalannya birokrasi yang tidak sesuai dengan fungsinya. Keadaaanya seperti ini dapat kita lihat banyaknya penyimpangan yang telah terjadi diberbagai jajaran birokarasi yang terjadi terus-menerus sehingga perkeruh keadaan, dimana keadaaan birokrasi dalam keterpurukan oleh hilangnya kepercayaan dari masyarakat. Sebagai bangsa Indonesia hal seperti ini sangat disesali sekali karena sudah tidak mencerminkan falsafah negara sendiri. Birokrasi pemerintahan mengalami perubahan demi meningkatkan kepercayaan dari masyarakat, dimana birokarasi mengupayakan untuk bersifat netral terhadap ciruk-pikuk pergulatan politik. Suatu upaya sejak dulunya telah dilakukan oleh pendiri bangsa untuk memisahkan birokrasi dengna politik. Dimana birokrasi diharapkan berorientasi pada masyarakat, pelayanan masyarakat bukan yang sebaliknya yang telah terjadi pada saat ini, para birokratlah yang minta dilayani oleh masyarakat sebagai mana yang terjadi pada era orde baru. Pengupayaan terlepas dari belenggu dari pemerintahan yang sentralistik menuju pemerintahan desentralitik, dimana kita ketahui bersama dalam birokrasi diatur dan dikendalikan oleh sang penguasa (masa orde baru). Sistem pemerintahan yang berpengaruh pada keberlangsungan birokrasi ini menimbulkan bebagai masalah yaitu terciptanya KKN dan lain sebagainya.
Perlu kita pahami bersama bahwa birokrasi tersaji sebagai terjadinya kepastian hukum, sebagai penjelas batas tugas dan tanggung jawab. Fakta berkata lain di Indonesia, birokrasi sebagai alat perlindungan hukum bagi mereka yang beruang, birokrasi sebagai pelancar proses administrasi dalam kepegawaian. Dari penjelasan tersebut jelas sekali terjinya korupsi berawal dari meja birokarasi. Terdapat perilaku dari birokrat yang kerap sekali menyelewengkan kekuasaannya demi untuk kepentingan dirisendiri dan kepentingan kelompoknya.
Dari berbagai problema bangsa ini seharusnya kita kembali lagi terhadap falsafah negara, yakni pancasila. Pengenbalian jatidiri bangsa inilah yang akan mengawal negara ini menjadi yang kokoh baik kokoh dari dalam dan luar. Penyadaran kembali para birokrat dan juga seluruh bangsa ini dengna kembali sejarah bangsa dan negara. Peringatan hari proklamasi atau hari kemerdekaan salah satu langkah yang kongrit untuk menumbuhkan jiwa nasionalis pada bangsa ini. Dari proses tersebut secara tidak langsung menuntuk kita untuk mengenang bagaimana jalannya kemerdekaan bangsa. Dengan mengenang diharapkan bangsa ini tersentuh betapa penuh pengorbanan dalam perjuangan menuju kemerdekaan, sehingga kita sebagai bangsa dan juga seorang birokrat akan berlaku sebagaimana mestinya, berjalan sebagaimana seharusnya berada dalam koredor-koredor pancasila. Dan juga perlu melakukan upacara bendera setidaknya setiap minggu yang dilakukan oleh intalansi-intalansi pemerintahan, seperti halnya sekolah-sekolah dan kantor-kantor dinas maupun juga suasta.
Membangun karakter bangsa ini tidak hanya berhenti pada peringatan kemerdekaan dan upacara bendera namun juga pada pendidikan tentang kewarganegaraan dan pegnaplikasiannya. Peran pendidikan kewarganegara ini yang dimulai sejak menginjak pada bangku sekolah dasar sampai pada jenjang perguruan tinggi. Peran pendidikan kewarganegaraan ini yang  mendidik kita sebagai bangsa atau warga negara mengenalkan bagaimana seharusnya seorang warganegara. Pembelajaran kewarganegaraan membangun potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang mulia, cerdas, partisipatif dan bertanggung jawab. Pemahaman akan hak dan kewajiban sebagai warga negara banyak dari kita tidak mengetahuinya. Sehingga banyak penyelewengan, ketimpangan serta bersinggungan dengan nilai-nilai yang telah tertanam dimasyarakat. Yang kita liat bersama dalam birokrasi Indonesia  tidak terlepas dari kesan yang bapakisme. Yaitu paham kebapakan yang telah menganggap bahwa atasan adalah segala-galanya. Sebagaimana seorang anak yang berusaha menyenangkan seorang bapak. Birokrasi yang tidak lagi berorientasi pada pelayanan publik namun lebih pada intalansi birokrasi intuk saling melindungi.
Menurut Dwiyanto (2001) :“Rendahnya kinerja birokrasi publik sangat dipengaruhi oleh budaya paternalisme yang masih sangat kuat, yang cenderung mendorong pejabat birokrasi untuk lebih berorientasi pada kekuasaan daripada pelayanan, menempatkan dirinya sebagai penguasa dan memperlakukan para pengguna jasa sebagai obyek pelayanan yang membutuhkan bantuannya. Disamping itu, rendahnya kinerja juga disebabkan oleh sistem pembagian kekuasaan yang cenderung memusat pada pimpinan. Struktur birokrasi yang hierarkis mendorong adanya pemusatan kekuasaan dan wewenang pada atasan sehingga pejabat birokrasi yang langsung berhubungan dengan para pengguna jasa sering tidak memiliki wewenang yang memadai untuk merespons dinamika yang berkembang dalam penyelenggaraan pelayanan”[1]. Dari pemaparan di atas, menggambarkan bagaimana kinerja para birokrat kita yang lebih cenderung menjalin hubungan sesama birokrat. Sehingga pelayanan publik kian menjadi terabaikan. Akankah hal tersebut terus dibiarkan tanpa adanya pembenahan? Ataukah kita sendiri turut dalam berlangsungnya birokrasi yang semerawut dan amburadul ini?.
Berbagai ulasan tersampaikan, bagaimaana keadaan yang sebenarnya gulatan-gulatan birokrasi dengan karakter yaang bobrok dibirokratnya sendiri, meringis melihat birokrasi yang dipenuhi oleh KKN. Dengan keadaan demikian saya sendiri beranggapan perlu penataran kembali nilai-nilai pancasila yang telah menjadi falsafah negara dan menjamin seluruh warga negara atas hak dan kewajibannya. Sebagaimana yang telah tertera dalam batang tubuh pancasila.
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
Sebagai mahluk yang bertuhan tentunya mempunyai landasan berperiliku yang sesuai dengan ajaran agamanya.  Dalam beragama kita dituntut untuk bertindak jujur. Hal ini ini yang tidak di mengerti oleh bangsa dan para birokrat kita. Anda saja para birokrat kita menjalankan tuntunan agamaya tentu tak ada yang merasa dirugihkan karena kesadaran kejujuran itu.
2.      Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Pada sila ini jelas sebagaimana seorang biroktat dituntut untuk adil tidak ada yang diberlakukan istimewa. Tak ada mana yang didahulukan, semuanya diberlakukan sesuai dengan prosedur. Disinalah akan menutup jalannya korupsi, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pada bangku birokrasi ini awal dari terciptanya korupsi.
3.      Persatuan Indonesia
Demi keberlangsungan persatuan Indonesia. Kita diharuskan mencintai tanah air. Dengan semangat persatuan dalam banagsa Indonesia akan mencegah terjadinya penyalagunaan kekuasaan yang berorientasi kepentingan dirinya sendiri.
4.      Kerakyatan yang Dipinpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Penanaman pada sila ke-4 ini akan menjadiakan seorang pemimpin bertindak yang mendahulukan kepentingan rakyat dengan menjalankan proses musyawarah dalam melakukan tindakan. Sehingga disetiap keputusan tidak bersinggungan dengan kepentingan rakyat.
5.      Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Pada sila ini bagai mana sebagai seorang apemimpin maupun sebagai birokrat bersikap adil tanpa adanya pandang. Dalam kebijakan yang diambil menguntungkan bagi seluruh waaraga negara, tidak hanya dapat dinikmati oleh segelintir orang golongan saja.
            Dari penataran kembali sendi-sendi pancasila akan membangun karakter bangsa dan birokratnya yang tangguh dan kokoh tertahan dari berbagai hantaman-hantaman dari luar  maupun dari dalam yang sekiranya akan menggoyahkan kedaulatan negara Indonesia.


[1]. Dwiyanto, dalam http://paradigmakaumpedalaman.blogspot.com/2011/11/budaya-birokrasi-pemerintahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar